Ini Alasan Pidi Baiq Memilih Menghilang Saat Karyanya Tenar

Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillah masih Allah berikan kesempatan untuk menulis. Nah, pagi ini saya menemukan draft tulisan yang ternyata masih bersemayam.hehe... Naskah ini saya buat saat mengikuti talkshow dengan Ayah Pidi Baiq di Kantor Kumparan pada tanggal 29 Februari 2018. Salah satu kisah yang bisa kita ambil pelajarannya dari Ayah Pidi Baiq adalah tentang "hengkang" sementara dari dunia tulis menulis saat karyanya tenar. Ingin tau kenapa? Semoga tulisan saya dengan gaya narasi berita ini bisa bermanfaat ya ^^
*
Dilan 1990, salah satu film renyah yang diadopsi dari buku dengan judul serupa akhir-akhir ini banyak digandrungi kaum muda. Dibalik karya tersebut, sang penulis, Pidi Baiq, ternyata menyimpan cerita saat dirinya berada pada masa menghilang ditengah ketenaran. 

Ayah, sapaan akrabnya, membagikan kisahnya di sebuah talkshow #TheExpert yang disiarkan di Kumparan pada tanggal 7 Maret 2018. Penulis serial Drunken ini mengaku berhenti menulis setelah merilis 4 buku karena mendapat respon positif dari masyarakat. Ketakutan terbesarnya adalah terjebak dalam pujian yang akhirnya merubah motivasi menulis yang seharusnya. Akhirnya Pidi Baiq memilih berhenti sejenak agar tidak terhanyut dalam pujian dan terpengaruh dengan pendapat orang lain. Bagi penulis sekaligus sutradara Dilan 1990 ini, berkarya adalah ruang bebas untuk berekspresi, bukan untuk menghasilkan uang, terkenal ataupun alasan klasik lainnya. "Saya tidak siap mental disebut seorang penulis, karena jika saya dikenal sebagai penulis, apabila tulisan saya jelek, saya akan malu" tuturnya. 

Ayah Pidi Baiq saat sesi The Expert di Kumparan (sumber : kumparan.com)

Bagi Pidi Baiq, akan lebih baik tidak dikenal sebagai siapa-siapa namun tetap bebas berkarya. Ayah Pidi Baiq berpesan kepada yang baru memulai karya, ketika suatu karya yang diciptakan tidak sesuai dengan ekspektasi masyarakat atau tidak disenangi, lanjutkan saja, ada masanya orang jenius dianggap gila. 

Bagi yang baru memulai menulis, tidak perlu ragu berekspresi dan terpaku pada respon masyarakat, sebab karya adalah kreativitas. Disaat banyak orang memaksakan diri diterima masyarakat, Ayah Pidi Baiq memilih tetap menjadi dirinya sendiri. Melalui karya, ia bisa melampiaskan dan menyuarakan apa-apa yang dirasakannya.
***
Puri Fikriyyah, 26 Maret 2018
Vita Ayu Kusuma Dewi

Comments