Sampai Anak Panah Terakhir (UI Open)

Bismillahirrahmaanirrahiim 
Tadi malam hingga dini hari sampai tak sadar terputar 2x film 3 Srikandi, karena termotivasi dengan ucapan  Mbak Yana dan Bang Pandi. Hari ini masih menjadi hari yang “berat” untuk saya bertemu kawan-kawan karena saya pribadi belum bisa stabil mengontrol pikiran yang sejak kemarin riuh bergemuruh sampai mempengaruhi perform di Lapangan. Alhamdulillah pagi ini kembali normal dengan ijin-Nya, saya siap menghadapi dunia  :’)

Semua berawal saat H- beberapa jam pertandingan saya mendapat kabar via telepon, sempat menghela napas dan tak ingin memikirkannya sejenak. Hingga sampailah pada pertandingan di hari ke-4 UI Open, kira-kira pukul 10.00 WIB dan pikiran saya mulai tidak stabil. Rekam jejak pertandingan sebelumnya memuaskan bagi saya pribadi dan berprogres, dari yang belum masuk list 16 besar hingga 1/8 final dan pertandingan terakhir di Kings Open bisa sampai ke 1/4 final, tentu rekam jejak inilah dan latihan membuat saya PD minimal bisa sampai 1/4 final lagi, apalagi saat practice day sudah masuk ke target face semua. Namun semua berubah saat memasuki rambahan ke-2, alhamdulillah rambahan pertama masih bisa dikontrol, dan yang kedua rasanya pikiran sudah penuh, sudah banyak-banyak istighfar, tetap saja. Itu sangat mempengaruhi performa saat memanah, salah satunya yang awalnya stabil jadi kemana-mana, arrownya tawaf tak beraturan bahkan ada yang miss T_T. Sejujurnya dirambahan ketiga saya sudah frustasi sudah pengen nangis dan begitulah, sampai akhirnya saya bilang ke kawan saya, saya sudah tidak konsen, saya mau sudahan aja.
Suasana pertandingan barebow di UI Open, TF 20cm 10 ring, terbeda dari biasanya

Tetiba pelukan semangat dari sahabat datang dan beliau mengingatkan salah satunya tentang ucapan Bang Pandi, senior panahan Indonesia, beliau mengatakan “Tidak boleh menyerah duluan sampai anak panah terakhir ditembakkan”. Sayapun melanjutkan permainan walau arrow tak lagi sehati berkumpul menjadi 1, dan kawan se-shooting line sudah me-warning saya kalau muka saya pucat sekali. Sampai akhir permainan saya bersyukur Allah memberi kekuatan dan saya kira saya berada di urutan akhir-akhir, ternyata tidak, dalam artian harusnya saya lebih bersyukur karena masih banyak score yang dibawah saya. Ampuni hamba-Mu yang kurang bersyukur ini ya Allah :(

Saya belajar banyak di pertandingan kali ini, mulai dari benar-benar harus menerapkan ikhlas terhadap apapun yang terjadi, terus berdoa agar dihilangkan kesombongan dalam diri, terus berjuang dan tidak gampang menyerah, harus bisa memanage pikiran, dan banyak lagi yang saya rasakan namun sulit diungkapkan. Setidaknya saya banyak mengambil hikmah meskipun impian naik podium kandas, dan saya juga bahagia bisa menjadi jembatan kebahagiaan archer lainnya saat pertandingan beregu:’) Salah satu adab pemanah adalah tidak menyalahkan siapapun terhadap hasil tembakannya melainkan harus mengkoreksi diri, apa-apa yang salah dan perlu dibenahi. Iya, saya belajar di salah satu adab ini, di saat yang lain merasa performa turun karena angin kencang, saya merasa semua faktor ada dalam diri. Apalagi ditambah target face unyu 20 cm dengan 10 ring, ketidakmampuan mengontrol diri semakin memperparah konsentrasi. Semoga Allah bantu untuk memperbaiki setelah ini... :'(

Setelah pertandingan ini, saya akan lebih banyak belajar memanage diri, agar bisa mengontrol pikiran jika ada suatu kabar ataupun kejadian sebelum tanding di lapangan. Semoga pertandingan ini barokah dan Allah ridhoi. Terima kasih ya Allah, Engkau selipkan banyak pelajaran dan koreksi diri dalam setiap episode kehidupan ini.

Mohon doanya di pertandingan selanjutnya bisa naik podium dan mendapatkan hasil terbaik ya kawan-kawan blogger, in syaa Allah akan bertanding lagi 28 Januari 2018. Akhir kata saya suka dengan slogannya UI Open kemarin “Make yourself happy and confident, then you’ll be the champion”.
***
Puri Fikriyyah, 22 Januari 2018
Vita Ayu Kusuma Dewi

Comments