Sunrise Terakhir di Bulan Sya’ban

 Bismillahirrahmaanirrahiim 
Alhamdulillah, akhirnya bisa terlaksana camping part 2 ala Srikandi AAC sejak semalam (25-26 Mei 2017). Berawal dari informasi kedatangan mbak Mawar ke Bogor kemarin pagi, dan keinginan mbak Mawar camping sesungguhnya di alam, kamipun berangkat ke gunung kapur Ciampea tepatnya di Puncak Batu Roti tadi malam. Kemarin pagi (25 Mei 2017), saya dan mbak Hesti berlatih teknik panahan dari pagi hingga pukul 14.00 WIB. Kami memanfaatkan waktu libur untuk berlatih panahan karena pada hari kerja biasanya kami jarang berkumpul kecuali jadwal latihan. Saya dan mbak Hesti mengadakan scoring, mulai dari jarak pendek 5m hingga mundur mencapai 12m di halaman kos saya. Alhamdulillah score masih diatas 250 dari total nilai maksimum 300. Meski demikian perlu berlatih lebih rajin lagi mengingat panahan merupakan kebiasaan yang diulang-ulang. 

Usai latihan, mbak Hesti pulang dan saya meneruskan membaca novel hingga pukul 16.00 WIB. Setelah itu saya bersiap, karena kami sepakat kumpul di kos mbak Septi pukul 17.00 WIB. Qadarullah, karena macet, kami baru berkumpul lengkap menjelang magrib dan memutuskan untuk sholat magrib terlebih dahulu sebelum berangkat. Nah, disini ada satu miss komunikasi, jadi harusnya mbak Ella ikut. Tapi sejak pagi mbak Ella kuliah di LIPI Cibinong, sore baru pulang. Saat pulang itu mbak Ella bilang mau menyusul, ternyata mbak Ella salah persepsi. Dia kira kita camping di depan kos seperti camping kami pertama. Alhasil mbak Ella tidak jadi ikut karena belum menyiapkan apa-apa. 

Usai sholat magrib kami berangkat ke basecamp Batu Roti di Ciampea. Sebelum isya’ kami sudah sampai di puncak, seperti biasa, trekking di bukit ini tak butuh waktu yang lama, maksimal 10 menit, itupun sudah dengan break. Saat di basecamp kamipun memastikan bahwa ada yang camp diatas, kami takut jika hanya kami yang camp akan berbahaya karena perempuan semuanya. Alhamdulillah ada, satu pasangan katanya. HTM untuk naik bukit ini Rp5000,- tapi jika camping menjadi Rp10000,-, dan parkir Rp5000,- per motor. 

Alhamdulillah, kamipun bergegas mendirikan tenda. Pasangan yang lebih dahulu sampai di puncak tersebut sedang menikmati makan malam. Namun, tanpa diminta mereka membantu kami mendirikan tenda. Alhamdulillah, jiwa-jiwa pendaki sekali kalian. Pasangan tersebut berasal dari Leuwiliang, dari Kabupaten Bogor juga. Setelah tenda terpasang, makan malam dan sedikit obrolan, kamipun sholat isya’. Setelah itu kami berbincang, dan karena tak ada topik lagi, kamipun sepakat untuk tidur terlebih dahulu lalu bangun jam satu dini hari untuk minum kopi. Kamipun menata posisi di dalam tenda yang muat 4 orang itu. Alhamdulillah sangat muat bahkan bisa ditambah satu orang lagi. Kamipun terlelap… 
*
Pukul sebelas malam kiranya suara riuh terdengar dari luar tenda, rupanya ada 2 rombongan lagi yang datang untuk camping. Memang sudah biasa mereka berbicnang hingga malam, bahkan semakin malam semakin akrab. Sayapun duduk sejenak memandangi gemerlapnya lampu area Bogor. Lalu mematikan lampu tenda kemudian tertidur. Mundur satu jam dari perkiraan awal, akhirnya kami terbangun, kemudian tak langsung ke luar tenda, kamipun masih memandangi lampu-lampu yang indah dari dalam tenda ditemani keheningan yang menenteramkan. Masih di dalam tenda, kamipun masih sempat untuk menghabiskan camilan kentang goreng. Setelah itu, kamipun keluar dan menyiapkan peralatan merebus air. Nesting multifungsi untuk merebus air hingga membuat mie instan. Kami menyeduh kopi kesukaan kami masing-masing. Mbak Hesti kopi Simalungun, mbak Septi kopi Kintamani serta saya dan mbak Mawar kopi Gayo. Ketiganya berjodoh dengan brownies kukus yang dibawa mbak Mawar. 

Kami terbawa suasana dan meleburkan pembicaraan. Alhamdulillah, meski dengan sederhana, ketika di alam semuanya semakin bermakna, dan semakin sadar bahwa setiap kita bukanlah apa-apa tanpa-Nya. Pukul setengah empat pagi sudah terdengar lantunan doa bangun tidur dari beberapa masjid dekat bukit. Kamipun menyudahi meminum kopi dan makan serta memainkan api unggun. It’s our precious time to talk with Him, He is know everything. Kami terbuai dalam ayat-ayat cinta-Nya hingga adzan Subuh berkumandang. Kamipun menerapkan giliran untuk menjadi imam sholat. Alhamdulillah camping sekaligus peningkatan kualitas ruhiyah. 

Setelah Subuh kami berbincang sejenak, lalu kami naik ke Batu Roti menanti terbitnya sang Mentari. Pukul 05.00 WIB hanya nampak semburat kuning kemerahan di Langit sebelah timur, lalu perlahan matahari itu muncul. Indah, indah sekali, masyaa Allah… Matahari terbit terakhir di bulan Sya’ban yang indah. Lantunan Al Kahfi juga terdengar disekitar kami menambah tenteramnya memulai aktivitas pagi. Alhamdulillah berada dalam lingkaran yang saling mengingatkan untuk selalu di jalan-Nya in syaa Allah. Setelah menikmati karuania Allah, yaitu terbitnya mentari, kamipun kembali ke tenda dan membuat sarapan roti bakar.

Alhamdulillah setelah itu kami makan bersama dan masih dengan beberapa topik. Lalu setelah itu kami berberes, sebab ada agenda kampus yang telah menanti. Sekitar pukul delapan pagi kami pulang, dan sepakat untuk berjumpa kembali di Kampus pukul sebelas siang, pada momen bahagianya Eki, rekan AAC. Eki sidang hari ini, dan kami salah satu orang yang beruntung bisa mendapatkan semangat karena ingin segera sidang juga. Alhamdulillah akhirnya camping tanpa wacana ini terealisasi dengan baik, bahkan Allah sisipkan ilmu-ilmu di dalam camping ini. Kamipun mengakhiri pertemuan hari ini dengan makan siang bersama di kantin Rimbawan, IPB. Semoga persahabatan ini membawa kami ke Surga-Nya. Aamiin… 

Sampai saat ini kami sering bertanya-tanya bagaimana kami bisa akrab melalui olahraga panahan, orang bilang karena kami sefrekuensi, iya sefrekuensi untuk memperbaiki diri di hadapan Allah SWT. Oh iya, kemarin sahabat saya menuliskan sebuah hadits mengenai ini… 

“Ruh-ruh itu ibarat prajurit-prajurit yang dibaris-bariskan. Yang saling mengenal diantara mereka pasti akan saling melembut dan menyatu. Yang tidak saling mengenal diantara mereka pasti akan saling berbeda dan berpisah” 
[HR Bukhari;Muslim;dari Abu Hurairah] 

Semoga langkah kami selalu dalam ridho Allah SWT, pun juga untuk sahabat semua. Maafkan segala khilaf saya ya, besok sudah puasa ramadhan, semoga dimudahkan Allah dalam menjalaninya dan kita diberikan kesempatan untuk memanfaatkan ramadhan ini dengan aktivitas terbaik. Semoga ini bukan ramadhan terakhir kita dan masih diberikan kesempatan oleh Allah untuk memperbaiki diri.


“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surge dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi” 
[HR. Ahmad] 
 *** 
Wisma Wageningen, 26 Mei 2017 
Vita Ayu Kusuma Dewi

Comments