Re-view Camp di Puncak Batu Roti, Bogor (part 1)

Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillah, sekalinya ada rencana saat makan di Sop duren Rafi Medan langsung direalisasikan Allah, tidak berakhir wacana. Jadi saat kuliner bersama kak Tiara, mas Nanda dan mas Dwi setelah kuliah metode optimasi, kami mengagendakan camping bersama rekan-rekan PMDSU TEP.  Tercetuslah ide minggu depannya kita coba camping di dekat-dekat kampus, dan saat itu saya mengusulkan kawasan gunung kapur Ciampea sebagai pilihan. Pertimbangannya sangat dekat dengan Kampus. Kemudian peralatan dan sebagainya kita berencana iuran, seperti tenda, matras dan logistik, namun selama ada waktu seminggu, kami masih berusaha mencari.

Kami memutuskan untuk camping tanggal 25 Maret 2017 sore hingga 26 Maret 2017 siang. Setelah mengkonfirmasi teman-teman lain seperti mbak Riani, mas Deka, mas Alvin dan kawan lainnya, ternyata yang bisa hanya saya, kak Tiara, mas Nanda dan mas Dwi. Kamipun tak membatalkan rencana. Alhamdulillah, mbak Septi, mbak Ella, rekan panahan dan beberapa agenda  lain mau gabung. Disanalah saya merasa sefrekuensi sama mereka berdua, karena hampir setiap agenda, bukan cuma ini saja, kita bersama dan paling cepat "iya"nya. Alhamdulillah yang putra ada tambahan mas Azmi, kakak tingkat mas Nanda dan mas Dwi di TMB. 
Logistik always..hehe

Jum'at, 24 Maret 2017. Kami memastikan semua perlengkapan dan logistik sudah ada PJ dan kejelasannya, seperti tenda saya dan mas Nanda yang mengurusi, matras mbak Ella, dan lain-lain. Kami sepakat berangkat hari sabtunya ba'da ashar, agar dapat menikmati sunset terlebih dahulu. Namun, sesuatu terjadi, jum'at malam ada email yang menyatakan sabtu diskusi di Laboratorium. What should i do?

Bismillah, akhirnya menyusun strategi, sabtu pagi latihan panahan seperti biasa sampai jam 11.00 WIB, kemudian kembali ke Laboratorium, lalu jam 15.00 WIB, ijin untuk ikut camping. Sudah tidak mungkin mundur dari camping, sewa tenda sudah dan salah satu yang paling semangat berangkat adalah saya, rasanya tak etis jika saya mundur saat itu. Kak Tiara pun memberi pesan via WA, intinya "kalau aku mundur gimana Vit?". Saat itu saya hanya menjawab, terserah kak Tiara, sebab saat itu saya juga bimbang tapi yakin terus jalan.
Raga di Lab, pikiran mulai berjalan ke Bukit Kapur...

Sabtu, 25 Maret 2017. Alhamdulillah agenda latihan panahan lancar seperti sabtu biasanya, kemudian menerobos kemacetan dengan angkot dan berpindah Gojek menuju IPB. Sesampainya di Laboratorium mempersiapkan yang kemungkinan akan ditanyakan. Hingga pukul setengah dua siang, there is no sign about discussion. Mulai cemas, tapi tetap optimis bisa selesai diskusi sebelum setengah empat. Waktu berjalan dan diskusi dimulai sekitar setengah dua siang. Qadarullah, hingga pukul 15.00 WIB, tidak ada tanda bahwa diskusi akan segera berakhir, akhirnya saya membalas WA mas Nanda dengan ijin berangkat menyusul, kemudian saya WA mbak Ella untuk memimpin jalan karena mbak Ella juga sudah mengetahui tempatnya. Dramatis pokoknya...saat itu pikiran saya sudah tidak sepenuhnya di diskusi, hingga pukul 17.00 WIB, alhamdulillah diskusi berakhir. Alhamdulillah, saya segera pulang ke Kos dan mengambil peralatan kemudian berangkat menuju gunung Kapur.

Lagi, ternyata motor yang saya sewa sore itu tidak bisa dikunci setir, wah sudah cemas, tapi sesampainya di parkiran gunung kapur, bapak penjaganya masih sama seperti biasanya saat saya kesana. Alhamdulillah, tepat saat adzan magrib, saya sampai di parkiran setelah macet daerah Cikampak karena mobil pertamina. Bapak penjaga menyarankan saya untuk sholat magrib di mushola di basecamp dahulu sebelum naik. Terima kasih pak telah mengingatkan saya pada saat itu ^^
Dikirimin foto ini di grup..mereka otw naik...(dari Mas Dwi)

Saya memulai jalan sendiri (dan tentunya ada Allah yang menemani). Jalanan mulai gelap berupa undakan, kemudian saya mengeluarkan senter. Saya memilih jalur terjal, bukan jalur landai seperti biasanya dengan berbagai macam pertimbangan. Mulailah saya menapak jalur terjal, kemudian ada 3 pemuda turun dan menyapa "naik sendiri tidak takut mbak?". "In syaa Allah ga Bang" jawab saya. Sayapun melanjutkan pijakan saya. Saya membawa carrier 60 liter berisi full logistik dan beberapa peralatan saya, tenda dan matras. Ini pertama kalinya memakai tas itu lagi setelah pemulihan pasca kecelakaan 2013. Saat naik hanya berdoa semoga tak kambuh lagi. Berhubung jalur terjal, saya tahu kondisi fisik dan saya memakai ritme sabar, jalanan sudah gelap saya juga takut terpeleset di batuan. Pelan tapi pasti, yang harusnya 15 menit mungkin berakhir 20 menit. Tak apa, yang penting selamat. 

Hampir 3/4 jalan, saya menengok ke atas ada sosok manusia hitam tinggi yang langsung membuat saya menundukkan kepala dan berbisik dalam hati "astaghfirullah, mati ini apa..".hehe..dasar Vita memang penakut ya. Kemudian saya terus naik dan membiarkan muka bertemu dengan lutut. Saat mendekati sosok itu saya berkata "mas Dwi..?". Kemudian dijawab "iya..". Ya Allah, mas Dwi, bersuara gitu loh mas, please... hehe..
Tendanya sudah berdiri... (dari Mbak Ella)

Memang mas Dwi pakai pakaian hitam-hitam, kemudian mas Dwi mengambil alih tenda yang saya bawa dan senter, tapi dia mau turun dulu katanya. Akhirnya saya melanjutkan perjalanan ke atas, dan beberapa menit kemudian sampailah saya di area camp Puncak Batu Roti Bogor.

Saat sampai di atas, ternyata mbak Septi beberapa menit sebelumnya juga baru menyusul. Kemudian sayapun melepaskan tas saya dan berbincang dengan kak Septi sembari menunggu yang lain sholat di sisi barat area camp. Awalnya saya kira akan camping  di hutam jati, ternyata semuanya naik ke atas.hehe...

Baru awal namun sudah banyak hikmah, kalau mendaki atau naik sendiri jangan parno sama hal-hal yang begituan, jangan banyak halusinasi. Kemudian saya juga bersyukur, meskipun telat, saya masih diijinkan menyusul rombongan, at least, saya tidak menjadi penyebab wacana, dan saya bersyukur masih bisa berkumpul dengan kawan-kawan untuk bersilaturahim. Ini adalah camping pertama saya di Puncak Batu Roti, dan malamnya kami punya segudang cerita mulai drama di Kampus hingga rumah tangga. Nantikan cerita selanjutnya ya ^^

Cerita part 2nya ada di "Re-View Camp (2): Dari Penelitian Hingga Pasangan". Jika ingin mengetahui detail lokasi saya sudah pernah menuliskannya di sini dan sini ^^
***
Puri Fikriyyah, 3 April 2017
Vita Ayu Kusuma Dewi

Comments