Monolog

Bismillahirrahmaanirrahiim
Monolog, salah satu media yang saya gunakan untuk merenung. Seperti yang saya ceritakan dalam cerita ini , ternyata bukan hanya saya yang suka bermonolog. Mbak Upil juga. Mbak Upil suka bermonolog setelah sholat, bermonolognya tentu dengan Sang Pencipta. Saya suka bemonolog kalau pulang ke kos terlalu malam, entah dari kampus atau dari kegiatan lain. Contoh kecilnya "Ya Allah, kok ga ada yang peduli ya", tapi sejatinya Allah juga mendengar monolog tersebut. Setelah bermonolog ada saja jawabannya dari Allah, entah ada yang menghubungi via pesan atau dari ayat-ayat-Nya yang saya buka random. 

Mungkin saya suka bermonolog karena setiap saya menceritakan kepada sesama rekan, jawaban yang saya inginkan terkadang jauh dari yang saya harapkan. Salah sih, memang harusnya hanya kepada Allah-lah menggantungkan harapan.hehe...Sampai kemarin lusa malam, saya bermonolog namun kali ini saat saya membuka foto-foto kenangan saat di Jepang, Winter Course akhir tahun lalu, dan inilah monolog saya ada di gambar.

Saat itu saya memikirkan bagaimana orang-orang terdahulu bisa dengan sabar dan tekun dalam penelitian atau riset, hingga menghasilkan karya-karya luar biasa yang dapat bermanfaat kepada masyarakat. Pun kenapa saya bermonolog dengan Hachiko, sebab ia sangat setia. Apakah bisa kesetiaan itu kita terapkan dalam pekerjaan yang sedang kita hadapi? Nah, kakak tingkat saya sampai berkomentar, "sampe segitunya ya kamu kuliah, asal jangan monolog berlebihan aja". Bagi saya ini masih dalam taraf wajar bermonolognya. hehe...

"Dan hanya kepada Tuhanmu-lah hendaknya kamu berharap" [QS. Al-Insyirah (98): 8]

Untuk mengakhiri sesi curhat sore ini, marilah kita bersama kembali sadar, bahwa Allah-lah satu-satunya tempat menggantungkan harapan, agar tidak terjadi kekecewaan dan tercipta keikhlasan pada setiap yang Allah takdirkan ^^.
***
Koridor FATETA IPB, 6 April 2017
Vita Ayu Kusuma Dewi

Comments