Althys Archery Open 2017: Do The Best!

Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillah, hari minggu tiba. Setelah melalui cerita Althys Archery Open 2017: Challenge Your Self, minggu pagi sekitar jam enam kurang seperempat saya meninggalkan kos tercinta untuk berangkat menuju Cibinong. Alhamdulillah jalan masih lancar, hanya sedikit padat di Yasmin, karena ada pembangunan jalan tol. Alhamdulillah juga jam tujuh, seperti yang direncanakan bisa sampai di lokasi. Disana saya langsung menuju meja registrasi dan mengambilkan nomor registrasi bagi pemanah dari Rimaya. Kemudian kak Gana datang, kak Fatimah disusul kak Lukman.
Suasana opening...

Peserta sudah ramai datang, kemudian mereka mempersiapkan alat dan melakukan pemanasan terlebih dahulu. Kemudian, acara dimulai dengan opening. Saya masih menyiapkan alat untuk kak Lukman karena dia mengikuti opening. Setelah opening, kami berkumpul disatu titik di dekat lapangan untuk melihat sesi 1. Terlihat wajah sedikit cemas menghiasi peserta, tapi ada juga yang semangat membara.

Saya merangkul kak Fatimah, menepuk semangat kak Gana dan kak Lukman dari belakang. Sama seperti apa yang saya inginkan dari seorang coach, menguatkan semangat agar dia lebih percaya diri dan tetap ingat akan niatnya, serta arah anak panah itu dari Allah, maka mohonlah hanya pada Allah. Ketika sesi 2 dimulai, saya mengantarkan kak Fatimah di bantalan 16A, kemudian saya ke belakang kak Gana dan kak Lukman di bantalan 4. Saya merasa bahwa mereka merasakan apa yang saya rasakan ketika practice day. Menengok kebelakang, dan mengarah ke wajah saya dan orang tua. Sayangnya orang tua diluar garis batas.

Ketika bertanding bukan waktunya lagi untuk meneriakkan koreksi ke anak. Rangkul dan berikan kata positif baru sisipkan koreksinya. Ketika rambahan percobaan, arrow kak Lukman terlalu atas, setelah mencabut arrow, kak Lukman ke arah waiting line dengan cemberut kemudian menghampiri. Ya Allah, sungguh... terharu..Saya, walaupun hanya mendampingi, saya mencoba memberikan semangat kepadanya, kemudian baru mengarahkan "sedikit diturunkan ya kak". Pun coach Eky, sekaligus wasit, saya melihat ia menyisipkan semangat untuk kak Lukman.  Kak Gana memiliki tingkat percaya diri lebih, sehingga arrownya bisa masuk ke target yang dituju dan dibantalannya ia masih menduduki peringkat satu. Hanya saja satu kali tangan kirinya kurang ajeg lalu arrow turun dan miss. Kemudian kak Gana menengok kebelakang, saya bilang “ga papa, ayo fokus lagi”, pun tambahan dari mamanya sebuah semangat, alhamdulillah tembakan selanjutnya dia bisa mengkoreksi sendiri. Setengah permainan, saya ijin ke orang tua kak Gana dan kak Lukman untuk menuju bantalan kak Fatimah. Lagi, kak Fatimahpun sepertinya merasakan hal yang sama. Ia menengok, saya berikan senyuman dan jempol. Alhamdulillah kak Fatimah masih bersaing sengit dengan kawan disebelahnya, scorenya hampir sama.
Kak Gana, kak Luqman dan kak Fatimah

Apakah tembakannya baik karena coachnya? Sebenarnya, anak panah atau arrow adalah Allah yang mengarahkan, kita berikhtiar dengan sebaik-baik ikhtiar, dan Allah menitipkan ilmu serta semangat melalui coach. So, dear all of coach...sampaikanlah ilmu dan semangat itu kepada rekan didikannya, ingatkan ia akan Allah, bahwa segala sesuatu terjadi atas ijin Allah.

Harus diakui, bagi saya sendiri panahan ini adalah mental. Panahan ini juga mengajarkan bagaimana kita memantabkan niat, mengikhtiarkan dengan sebaik-baiknya dan mentawakalkan hasilnya kepada Allah. Panahan memberikan dampak untuk berjiwa besar menghadapi kekalahan, dan tetap tunduk diri ketika meraih kemenangan. Coach Erwin pernah menyampaikan, 60% panahan itu mental, dan kehadiran coach sangat berpengaruh terhadap anak didiknya, sebab ketika dilapangan seorang pemanah tidak hanya butuh teknik, tapi support.
Suasana Althys Archery Open (yang khusus foto ini dari Mamanya Meischa)

Setelah sesi selesai, alhamdulillah tinggal menunggu hasilnya. Sekaligus penyerahan medali untuk kategori SD Pemula. Konsep yang ditawarkan INASP begitu menarik dan menanamkan jiwa pemenang kepada adik-adik pada kategori SD Pemula. Coach Def juga menyampaikan, "untuk apa kita latihan terus menerus kalau tidak mengikuti kompetisi, at least kita harus menchallenge diri, dan dikompetisi inilah anak-anak juga dapat diajarkan pendidikan karakter untuk menjujung tinggi sportifitas, menghargai proses dan mensyukuri hasil".

Setelah kategori SD selesai dilanjutkan dengan kategori SD Prestasi kemudian setelah dzuhur dilanjutkan kategori SMP Prestasi. Kak Fadhlan bertanding di kategori ini, berbeda dengan anak-anak, kak Fadhlan juga memiliki kepercayaan diri lebih, apalagi dia sudah pernah turun kompetisi sebelumnya. Ia lebih berani koreksi, tapi yang saya perhatikan, ritmenya sama, terkadang jika ada something happen, seperti arrow meleset, ia menghadap kebelakang. Saya jadi berpikir, apa semua atlet ya pernah merasakan hal ini.hehe... Ohya, barakallah kak Gana juara 1 di bantalan 4, kak Lukman juara 3 dibantalan 4, kak Fatimah juara 1 dibantalan 16 dalam kategori SD Pemula. Tetap semangat ya sayang dan terus berlatih...pun juga saya akan lebih semangat berlatih dan memperbaiki teknik...
Alhamdulillah...

Setelah SMP Prestasi putra putri selesai, saatnya saya. Saya berharap ada yang menemani, namun setiap saya menghadap belakang saya langsung menarik napas panjang dan “Laa tahzan, innalaha ma’ana..”. Hal yang membuat saya down diawal adalah angin. Saya tidak akan menyalahkan angin atas missnya arrow saya di rambahan pertama. Sebab seorang pemanah tidak boleh mencela siapapun, seperti yang diajarkan didalam kitab. Setelah itu, saya mencoba kembali fokus. Alhamdulillah, setelah mengalami miss 6 arrow, sayapun bisa mengenai target yang diinginkan. Down? Iya, tapi harus tetap fokus, tidak boleh down karena score lawan. Musuhnya adalah diri sendiri. 6 arrow miss berarti score maksimal yang bisa saya dapatkan adalah 240. Lalu, kesalahan lain selain teknis yang bisa kupelajari adalah jangan pernah coba-coba dikompetisi. Jujur, saya tidak pernah menggunakan finger sling ketika latihan menghadapi Althys. Entah ada angin apa ketika bertanding saya pakai sling. Akhirnya ditengah perjalanan, saya buang sling saya, dan disanalah anak panah baru normal seperti latihan biasanya. Allahu akbar...
score saya :'(

Saya jadi teringat ucapan coach Jaya, panahan itu kebiasaan, pengulangan, yang terbiasa pakai chest guard akan merasa kurang nyaman jika tidak memakai, dan sebagainya. Alhamdulillah saya banyak belajar dari kompetisi ini, dan harapannya saya tidak akan mengulanginya lagi. Pada akhirnya saya harus menerima kenyataan, score saya jauh dibawah score latihan, score saya di Althys hanya 157, jauh sekali dari latihan yang di atas 200. Tapi, dengan ini saya menjadi sadar, saya harus memperbaiki beberapa hal. Alhamdulillah, saya minta masukan juga dari coach lain. Ya Allah semoga hamba menjadi orang yang beruntung, senantiasa hari harinya lebih baik dari hari sebelumnya. Saya mendapatkan hal yang lebih dari sekedar tribute juara di Althys ini. Terima kasih ya Allah....

Mengawali dengan bismillah, melesatkan anak panah dengan Laa haula wa laa quwwata illaa billaah, dan mengakhirinya dengan Alhamdulillah, berharap dengan olahraga panahan ini menjadi berkah. Pernah suatu ketika saya melihat seorang coach. Meski tanpa aba-aba, saya melihat beliau selalu berdoa sebelum memulai latihan panahannya, dan menghormati ketika adzan berkumandang dengan berhenti menembak sasaran. Sedangkan ada satu coach lagi bertanya “selama ini atlet berbangga diri kalau dapat kuning, lalu bersedih kalau miss, sudah mengucap bismillah belum diawal?”. Ya Allah..begitu lalainya saya, tidak menyebut asma-Mu namun meminta hasil yang baik...Alhamdulillah saya mendapatkan banyak hal dari beberapa coach, ini belum semua coach saya sebutkan, yang pasti Allah menitipkan kesadaran ke saya melalui coach - coach tersebut. Terima kasih ya Allah...

Maaf ya niat awal bercerita tentang jalannya Althys, malah ada sisipan curhat.hehe..semoga bisa diambil yang baiknya. Setelah kategori umum selesai, saya melihat alhamdulillahnya saya bukan di posisi dibawah sendiri, saya masih bersyukur, ternyata ada yang scorenya jauh dibawah saya, ya Allah maafkan jika saya tidak bersyukur sebelumnya. Kemudian hanya diambil 4 besar dan saya tidak lolos ke empat besar tersebut. Mak Sisi, Adinka dan peserta dari FAST serta individu Bogor lolos menuju babak seperempat final.
Latihan pra nikah...#eh

Lomba dilanjutkan untuk kategori Family, ini seru, karena yang memanah sekeluarga. Keluarga Pak Aditya, Bu Desy dan Fadhlan adalah tim dari Rimaya. Ini pembentukan karakter sekeluarga. Ketika lomba Family berlangsung, saya berusaha mendekati anaknya pak Adit yang batita.hihi...Dia maunya digendong umminya, alhamdulillah ditengah-tengah hati dia luluh. Saya ajak bermain, eh dia akhirnya selfie ketika tau saya bawa HP.hehe...kami belajar menyebutkan warna dan bunga serta belajar pot dari botol bekas. Seru pokoknya, bonus momong anak, belajar sebelum punya anak.hehe..nikah aja belum buk #eh..

Alhamdulillah, ba’da ashar lomba diteruskan untuk babak seperempat final dan final. Sekitar pukul lima sore saya pamit pulang dulu, ketika itu final berlangsung, sebab awan sudah gelap dan biasanya hujan deras. Alhamdulillah benar hujan, dan genangan ada dimana-mana tak terkecuali di daerah langganan seperti jalan baru. Allahuma shoyyiban nafi’an...

Begitulah pengalaman mengikuti kompetisi panahan untuk pertama kali, dan semoga kedepannya bisa menang dikompetisi. Aamiin... semoga bermanfaat dan ambil hikmahnya kawan, semoga kita lebih dekat kepada Allah dengan olahraga apapun, sebab karena-Nya kita masih diberikan kesempatan. Tetap semangat berlatih ^^
***
Puri Fikriyyah, 28 Februari 2017
Vita Ayu Kusuma Dewi

Comments